Beranda » Uncategorized » Budidaya Lele Kolam Terpal Merambah Perkotaan

Budidaya Lele Kolam Terpal Merambah Perkotaan

Anda Pengunjung ke

  • 176.393

Arsip

Alexa

>

Review www.omahtani.wordpress.com on alexa.com

 
15 Oktober 2012 | 19:45 wib
 
 

 

image

TEBAR BENIH: Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ida Purnomowati didampingi pengurus Gabungan Serikat Buruh Islam Indonesia (Gasbiindo) menebar benih lele bantuan Program Mina Usaha Pedesaan (PUMP). (suaramerdeka.com/Hartatik)&


SEMARANG, suaramerdeka.com –
Siapa bilang budidaya lele tidak bisa dilakukan pada lahan terbatas? Warga Demang Banyu, Kelurahan Mlatibaru Kecamatan Semarang Timur telah membuktikannya. Di pekarangan rumah dengan kolam terpal ukuran 2×3 meter, mereka melakukan budidaya lele.

Lukas HP, Ketua Kelompok Mina Tegal Asri mengungkapkan, tidak mudah memotivasi warga sekitar agar mau budidaya lele. Namun berkat kegigihannya selama setahun terakhir, impian itu berhasil ia wujudkan. Bermodal dua kolam terpal seluas 6 m2, ia menebar 3.600 ekor benih lele.

Dalam tempo tiga bulan, Lukas berhasil memanen lele sekitar 3.000 ekor. Satu kilogram lele di Pasar Ikan Rejomulyo dihargai Rp 12.000. “Pendapatan bersih sekitar Rp 2 juta, alhamdulillah bisa memotivasi warga sekitar,” ujarnya, hari ini.

Keberhasilan Lucas mampu memantik minat warga untuk membentuk kelompok. Dalam pengembangan kelompok, mereka mendapat bantuan senilai Rp 65 juta dari Kementerian Kelautan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kota. Bantuan itu program Pengembangan Mina Usaha Pedesaan (PMUP).

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ida Purnomowati menjelaskan, tahun ini ada lima kelompok budidaya yang menerima bantuan tersebut. Kelima kelompok ini tersebar di daerah Gunungpati, Mijen, Tugu, Ngaliyan dan Semarang Timur.

Bantuan tersebut berupa dana yang disalurkan langsung ke rekening kelompok. Menurutnya, nominal bantuan PUMP ini menurun jika dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 100 juta per kelompok.

“Tidak sebatas budidaya ikan lele tapi bisa apa saja, sesuai dengan kebutuhan kelompok masing-masing. Tahun lalu penerima bantuan ini ada empat kelompok, tapi tahun ini lima kelompok,” urai Ida.

Menurutnya, budidaya lele pada lahan terbatas ini bisa menjadi peluang usaha. Pasalnya, kebutuhan ikan lele di Kota Semarang ini bisa mencapai 7-8 ton/hari. Dari jumlah itu, justru pemasok utama justru dari luar kota. Meski kemampuan produksi masih rendah, Ida berharap Kota Semarang bisa menjadi pasar potensial untuk penjualan lele.

( Hartatik / CN32 / JBSM )

 

Sumber : suara merdeka


Tinggalkan komentar