Beranda » Posts tagged 'import lele'

Tag Archives: import lele

”Malaysia Haramkan Lele, Kok Dijual di Indonesia”

TEMPO.CO , Batam: Peternak ikan lele di Batam memprotes maraknya ikan lele asal Malaysia dengan mendatangi kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batam, Kamis, 18 Oktober 2012. Mereka mempertanyakan banyaknya ikan lele Malaysia yang beredar di Batam.

Peternak ikan lele di Batam, Stefan, mengatakan, lele asal Malaysia itu haram, karena makanan ikan dari kotoran babi dan kotoran ternak ayam. “Majelis Ulama Malaysia (Jabatan Kemajuan Islam Malaysia) saja mengharamkan lele di sana, kok dijual di Indonesia,” kata Stefan.

Stefan meminta pemerintah dan Dewan melindungi peternak ikan lele agar mereka tidak gulung tikar. Sebab ikan lele asal Malaysia dijual dengan harga murah.

Pedagang lokal menjual ikan lele Rp 12 ribu per kilogram, sedangkan ikan lele ilegal asal Malaysia dijual dengan harga Rp 9 ribu per kilogram. “Ini dumping namanya,” kata Stefan dalam orasinya.

Wakil Wali Kota Batam, Rudi, kepada para pendemo berjanji akan menindaklanjuti keluhan peternak lele di Kota Batam itu. “Beri kami waktu, akan kami selesaikan,” katanya kepada para pendemo ketika berada di depan kantor Wali Kota Batam. Rudi juga mengatakan dalam waktu tujuh hari pihaknya akan menyelesaikan permasalahan yang timbul terkait peternak ikan lele.

RUMBADI DALLE

Sumber : Tempo

Indonesia Impor Lele dan Teri

Bogor, Kompas – Meskipun negara kepulauan dan lautnya terhampar luas, Indonesia masih harus mengimpor berbagai jenis ikan budidaya, mulai dari lele, teri, kembung, hingga patin. Ikan produksi Indonesia kalah bersaing dengan produksi negara lain karena mahalnya harga pakan.

”Industri pakan ikan dikuasai oleh segelintir perusahaan besar sehingga mereka mudah mengontrol harga,” kata Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, Arif Satria, seusai seminar dalam acara ”Gebyar Inovasi Pemuda Indonesia” di Bogor, Jawa Barat, Minggu (30/1).

Lele impor berasal dari Malaysia dan digunakan untuk memenuhi 40 persen kebutuhan lele di Batam dan sekitarnya. Sementara ikan kembung didatangkan dari Pakistan, patin dari Vietnam, dan teri dari Myanmar.

Selain itu, bahan utama pakan ikan berupa tepung ikan juga masih diimpor dari Cile.

Kondisi itu membuat harga pakan ikan mahal. Padahal, biaya pakan mengambil porsi 40 persen dari total biaya produksi.

Akibatnya, harga produksi lele Indonesia sudah mencapai Rp 8.000 per kilogram, sedangkan harga jualnya Rp 10.000 per kg. Padahal, harga jual lele impor hanya Rp 7.500 per kg.

”Jumlah impor ikan budidaya memang masih sedikit, tetapi kecenderungannya terus naik,” kata Arif.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, impor produk perikanan triwulan I-2010 mencapai 77 juta dollar AS. Padahal, impor periode yang sama tahun 2009 hanya 58 juta dollar AS.

Salah satu cara menghemat biaya produksi adalah dengan menurunkan harga pakan. Industri pakan ikan yang selama ini dikuasai perusahaan besar perlu diarahkan untuk bisa diproduksi perusahaan menengah dan kecil. Ketergantungan terhadap bahan pakan luar negeri juga harus dikurangi melalui riset yang terarah.

Kewirausahaan

”Sarjana-sarjana baru kita dapat dimanfaatkan untuk mendirikan industri pakan skala kecil dan menengah,” kata Arif.

Perguruan tinggi dapat dijadikan basis pembentukan wirausaha baru berbasis teknologi (technopreneur). Karena itu, pemerintah perlu menciptakan kondisi dan budaya kewirausahaan yang kondusif di kampus serta memberikan stimulus khusus agar muncul pengusaha- pengusaha baru.

Technopreneur penemu tomografi empat dimensi, Warsito Purwo Taruno, menegaskan, agar dapat menjadi technopreneur sukses, mahasiswa perlu memiliki jaringan yang luas, motivasi yang kuat, dan konsisten dalam bertindak.

Penciptaan wirausaha baru di kampus dinilai Aminudi, mahasiswa program sarjana Departemen Proteksi Tanaman, IPB, tidak cukup hanya dengan memberi bantuan modal. Mahasiswa juga butuh informasi, pendampingan, hingga pelatihan berkelanjutan. (MZW)

Meski Sudah Dilarang, Lele Malaysia Tetap Masuk Batam

Pemkot Batam melanggar larangan impor lele

Senin, 30 Januari 2012 16:57 WIB | 1276 Views

Ikan lele (google.co.id)

Jika impor dihentikan, maka dikhawatirkan harga lele akan sangat tinggi. Dari Rp15.000 bisa naik menjadi Rp40.000 per kilogram.

Batam (ANTARA News) – Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau, terus melakukukan impor lele untuk memenuhi kebutuhan setempat walaupun Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo memberlakukan larangan terhadap impor lele.

“Selama izin impor yang dikeluarkan Fadel Muhammad ketika jadi Menteri Kelautan dan Perikanan belum dicabut, maka impor lele untuk Batam akan tetap dilakukan,” kata Wali Kota Batam Ahmad Dahlan di Batam, Senin.

Ia mengatakan, saat Menteri Kelautan dan Perikanan dijabat Fadel Muhammad, Pemerintah Kota Batam meminta agar dibuka keran impor karena peternak lokal belum mampu mencukupi permintaan pasar.

“Karena Batam sejak awal tidak dirancang untuk pengembangan kawasan pertanian, saat itu Menteri memberikan izin, sambil menunggu Batam bisa melakukan swadaya. Hingga kini izin tersebut belum dicabut, jadi impor tetap dilakukan,” kata dia.

Walaupun tetap melakukan impor, kata dia, Pemerintah Kota Batam sedang mendorong dikembangkannya budidaya lele di beberapa lokasi untuk memenuhi kebutuhan lokal. Salah satunya di kawasan hutan lindung yang dibolehkan untuk pembuatan lahan peternakan lele.

“Ada kawasan hutan lindung yang diperbolehkan untuk budidaya, namun dengan catatan tidak menebang pohon-pohon kayu besar,” kata Dahlan.

Dahlan mengatakan, saat ini produksi lele Batam baru dua ton per hari. Sedangkan kebutuhan lokal Batam mencapai 8 ton per hari, jadi masih perlu dari impor 6 ton.

“Jika impor dihentikan, maka dikhawatirkan harga lele akan sangat tinggi. Dari Rp15.000 bisa naik menjadi Rp40.000 per kilogram,” kata dia.

Minggu (29/1), Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengatakan pemerintah melarang impor lele untuk melindungi petani lokal dan berjanji menindak tegas perusahaan yang masih berani melakukan impor.

“Hingga saat ini larangan impor lele masih diberlakukan. Kami akan menyetop dan menindak tegas perusahaan yang masih impor lele. Kalau ada perusahaan pengimpor lele di Batam laporkan, akan saya tindak,” kata dia di Batam, Minggu.

Sharif mengatakan, pemerintah telah mengentikan operasional empat perusahaan yang masih mengekspor lele di Medan Sumatra Utara terkait larangan tersebut.

“Larangan impor lele berlaku di seluruh Indonesia termasuk di Batam yang masih di banjiri lele impor asal Malaysia, jika ada perusahaan yang masih mengimpor lele, pihaknya akan memberi sanksi pencabutan izin impor,” kata Sharif.

Ia menilai, impor lele tidak dibutuhkan karena peternak lokal telah mampu memenuhi kebutuhan nasional.

Editor: Ella Syafputri

COPYRIGHT © 2012

Sumber ANTARA

Meski Sudah Dilarang, Lele Malaysia Tetap Masuk Batam

Senin, 30 Januari 2012 23:45 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM – Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau, terus mengimpor lele untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Padahal, Menteri Kelautan dan Perikanan telah memberlakukan larangan impor lele asal Malaysia tersebut.

“Selama izin impor yang dikeluarkan Fadel Muhammad ketika jadi Menteri Kelautan dan Perikanan belum dicabut, maka impor lele untuk Batam akan tetap dilakukan,” kata Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan, di Batam, Senin.

Saat Menteri Kelautan dan Perikanan dijabat Fadel Muhammad, Pemerintah Kota Batam meminta agar dibuka impor karena peternak lokal belum mampu mencukupi permintaan pasar. Karena, Batam sejak awal memang tidak dirancang untuk pengembangan kawasan pertanian. Fadel saat itu memberikan izin sambil menunggu Batam bisa melakukan swadaya lele.

”Hingga kini izin tersebut belum dicabut. Jadi, impor tetap dilakukan,” katanya.

Walaupun tetap melakukan impor, kata dia, Pemerintah Kota Batam sedang mendorong dikembangkannya budidaya lele di beberapa lokasi untuk memenuhi kebutuhan lokal. Salah satunya di kawasan hutan lindung yang dibolehkan untuk pembuatan lahan peternakan lele. Produksi lele Batam saat ini baru dua ton per hari, sementara kebutuhan lokal Batam mencapai delapan ton per hari.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, mengatakan pemerintah melarang impor lele untuk melindungi petani lokal. Dia berjanji akan menindak tegas perusahaan yang masih berani melakukan impor.

“Larangan impor lele berlaku di seluruh Indonesia termasuk di Batam yang masih dibanjiri lele impor asal Malaysia,” katanya. ”Jika ada perusahaan yang masih mengimpor lele, mereka akan diberi sanksi pencabutan izin impor.”

Redaktur: Didi Purwadi
Sumber: Antara