Beranda » Posts tagged 'batam'

Tag Archives: batam

Petani Batam Tolak Lele Malaysia Kamis,

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM — Paguyuban pembudi daya ikan air tawar Kota Batam menggelar aksi unjuk rasa di halaman kantor wali kota setempat, Kamis (18/10). Mereka menolak impor ikan lele dari Malaysia.

“Stop penyelundupan lele dari Malaysia. Lele Malaysia yang masuk ke Batam ilegal,” kata koordinator aksi Ray Steven di Batam.

Ia meminta oknum yang terlibat dalam impor lele ilegal ke Batam diusut. “Pemerintah pusat telah melarang impor ikan dari Malaysia. Apalagi lele Malaysia haram sesuai dengan fatwa negara setempat. Hentikan lele dari Malaysia,” katanya.

Pengunjuk rasa juga meminta pemerintah mencopot Kepala Dinas Kelautan, Perikanan, Peternakan dan Kehutanan (KP2K) Batam karena dinilai tidak berpihak kepada petani ikan.

Pengunjuk rasa mengancam akan menurunkan massa yang lebih besar jika dalam satu minggu Wali Kota Batam tidak memenuhi tuntutan mereka.

Wakil Wali Kota Batam Rudi mengatakan akan menuntaskan masalah tesebut dalam waktu satu minggu.

“Saya akan berkoordinasi dengan pihak terkait agar lele dari Malaysia tidak lagi masuk ke Batam. Saya jaminannya. Kalau dalam seminggu tidak selesai, silakan cari saya,” kata Rudi. 18 Oktober 2012, 11:22 WIB

Redaktur: Hazliansyah
Sumber: Republika

Lele Malaysia Banjiri Batam, Peternak Lele Protes

 

 

TEMPO.CO , Batam: Peternak ikan lele di Batam berunjuk rasa mendatangi kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batam, Kamis, 18 Oktober 2012. Aksi mereka dipicu makin maraknya ikan lele asal Malaysia yang menyebabkan peternak lele di Batam terancam gulung tikar.

“Ikan lele diselundupkan, sebab bila secara legal pasti diketahui pihak karantina,” kata peternak lele, Stefan, kepada Tempo. Oleh sebab itu, pihaknya minta agar pemerintah dan Dewan melindungi peternak ikan lele agar tidak terjadi gulung tikar. Sebab ikan lele asal Malaysia dijual dengan harga murah.

Pedagang lokal menjual ikan lele Rp 12 ribu per kilogram, sedangkan ikan lele ilegal asal Malaysia dijual dengan harga Rp 9 ribu per kilogram. “Ini dumping namanya,” kata Stefan dalam orasinya.

Para pendemo minta agar Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Kehutanan (KP2K) Batam lebih pro-aktif memikirkan anak negeri, dan tidak terpengaruh orang luar. Sebab impor ilegal tersebut selain menghilangkan pendapatan daerah karena tidak membayar pajak, juga tidak membayar bea masuk. Artinya merugikan negara.

Sebab bila ikan lele impor itu melalui jalur resmi, tak mungkin bisa menjual dengan harga Rp 9 ribu per kilogram, karena harus bayar bea masuk, biaya transportasi, dan keperluan lainnya. Selain itu, pengusaha lele Malaysia akan menekan dan menaikkan harga ikan lele bila diketahui peternak ikan lele di Batam gulung tikar. “Jadi sekarang saja harganya lebih murah,” katanya.

Wakil Wali Kota Batam, Rudi, kepada para pendemo berjanji akan menindaklanjuti keluhan peternak lele di Kota Batam itu. “Beri kami waktu, akan kami selesaikan,” katanya kepada para pendemo ketika berada di depan kantor Wali Kota Batam. Rudi juga mengatakan dalam waktu tujuh hari pihaknya akan menyelesaikan permasalahan yang timbul terkait peternak ikan lele.

RUMBADI DALLE

Sumber :Tempo

Mengapa Lele Digemari Warga Batam?

foto

 

TEMPO.CO , Batam: Peternak ikan lele di Batam memprotes maraknya ikan lele asal Malaysia dengan mendatangi kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batam, Kamis, 18 Oktober 2012. Mereka mempertanyakan banyaknya ikan lele Malaysia yang beredar di Batam.

“Ikan lele diselundupkan, sebab bila secara legal pasti diketahui pihak karantina,” kata peternak lele, Stefan, kepada Tempo. Oleh sebab itu, pihaknya minta agar pemerintah dan Dewan melindungi peternak ikan lele agar tidak terjadi gulung tikar. Sebab ikan lele asal Malaysia dijual dengan harga murah.

Meningkatnya kebutuhan ikan lele di Batam terjadi karena semakin banyaknya berdiri kedai-kedai pinggir jalan yang menjual pecel lele. Pecel lele tidak hanya menjadi sasaran para masyarakat biasa, tapi juga kelas menengah dan menjelajah ke hotel-hotel, puja sera, dan restoran.

Ikan lele merupakan ikan yang hidup di air tawar, sehingga masyarakat Batam sangat menyukainya. Sebab Batam sebagai daerah perairan, dibanjiri ikan laut.

Jumlah peternak ikan lele di Kota Batam saat ini sebanyak 2.000 orang. Mereka muncul sejak 1990 dengan 4.000 kolam serta 1.000 keramba. Para peternak lokal mampu memasok lele untuk masyarakat sebanyak delapan ton per hari, sedangkan kebutuhan riil sebanyak 16 ribu ton per hari.

RUMBADI DALLE

 

SUMBER : TEMPO

Lele Malaysia Banjiri Kota Batam

BATAM–MICOM: Paguyuban pembudi daya ikan air tawar Kota Batam berunjuk rasa di halaman kantor wali kota setempat menolak impor lele tanpa izin dari Malaysia, Kamis (18/10).

“Setop penyelundupan lele dari Malaysia. Lele Malaysia yang masuk ke Batam ilegal,” kata koordinator aksi Ray Steven di Batam.

Ia meminta oknum yang terlibat dalam impor lele ilegal ke Batam diusut. Pemerintah pusat telah melarang impor ikan dari Malaysia. “Apalagi lele Malaysia haram sesuai dengan fatwa negara setempat. Hentikan lele dari Malaysia,” katanya.

Menurutnya, pembudi daya lele di Batam sudah banyak. Karena itu, lele Malaysia merugikan para pembudi daya.

“Kita punya 4.000 kolam. Belum termasuk keramba. Jumlah petani ikan juga mencapai 2.000 orang,” kata dia.

Ia mengatakan masuknya lele Malaysia merusak harga lele lokal yang hanya Rp9.000 per kilogram, padahal biaya produksi mencapai sekitar Rp12.300 per kilogram.

“Awalnya pemerintah menyepakati harga lele lokal Rp15.300 per kilogram. Tetapi kenyataannya jauh lebih murah,” kata Ray.

Para pengunjuk rasa meminta ada kebijakan yang berpihak kepada petani ikan lokal.

Wakil Wali Kota Batam Rudi mengatakan akan menuntaskan masalah tesebut dalam waktu satu minggu.

“Saya akan berkoordinasi dengan pihak terkait agar lele dari Malaysia tidak lagi masuk ke Batam. Saya jaminannya. Kalau dalam seminggu tidak selesai, silakan cari saya,” kata Rudi. (Ant/OL-9)

sumber :Media Indonesia

Peternak Lele Demo, Wali Kota Pergi ke Singapura

BATAM–MICOM: Peternak lele di Batam, Kepulauan Riau, meminta Wali Kota Batam Ahmad Dahlan untuk menutup keran impor lele dari Malaysia karena menjatuhkan harga lele lokal.

Hal itu diungkapkan puluhan peternak lele yang berdemonstrasi di Kantor Wali Kota Batam, Kamis (18/10). Sejumlah paguyuban budi daya lele di Kota Batam mengikuti aksi itu. 

“Di Batam saja sekitar 4.635 kolam lele yang kami garap, untuk apa lagi mendatangkan lele impor? Kan sudah ada dari Batam, jika hal itu dilakukan budi daya ikan lele di daerah ini bisa gulung tikar,” kata perwakilan unjuk rasa Mustafa.

Peternak lele juga meneriakan agar Wali Kota agar tak memberikan janji manis kepada mereka. Mereka menuntut agar memperketat pelabuhan, dan tak adanya penyelundupan lele lagi. Selain itu mereka juga meminta agar pemerintah tak mengimpor lele lagi.

Harga lele lokal saat ini dipatok di bawah Rp10 ribu per kilogram, padahal biaya produksinya bisa mencapai Rp13 ribu per kilogramnya. Untuk itu, pembudi daya lele meminta agar Wali Kota Batam Ahmad Dahlan bertanggung jawab terkait masalah ini, karena setahun yang lalu dia pernah menjanjikan untuk mengangkat usaha pembudi daya lele di Batam.

Hanya saja, saat dikonfirmasi, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan sedang berada di Singapura. Tidak ada staf di Pemerintah Kota Batam yang menemui pengunjuk rasa. (HK/OL-04)

sumber :Media Indonesia

Alamak… Lele Juga Diimpor dari Malaysia

KOMPAS/KRIS R MADA Para peternak lele di Batam, Kamis (18/10/2012), berunjuk rasa ke DPRD Batam. Mereka mendesak DPRD Batam untuk menghentukan impor lele dari Malaysia.

BATAM, KOMPAS.com —Puluhan peternak lele berdemonstrasi, Kamis (18/10/2012) di DPRD Batam, Kepulauan Riau. Mereka memprotes membanjirnya lele Malaysia di Batam.

Salah seorang peternak, Samsuri, mengatakan, lele Malaysia hanya menguntungan segelintir pengimpor. Pedagang lebih suka membeli lele Malaysia yang harganya lebih murah.

“Di sana makanannya kotoran ayam dan babi, serta dapat subsidi, makanya bisa menekan harga,” ujarnya.

Sementara itu, peternak Batam memberi makan lele dengan pelet. Setiap kilogram pelet dibeli Rp 9.000. “Kami menjual sesuai biaya produksi, mengikuti aturan hanya memberi makan yang halal,” ujarnya.

Mereka mendesak DPRD memperjuangkan penutupan keran impor lele dari Malaysia. Mereka terutama mendesak agar penyelundupan lele dari Malaysia dihentikan segera. “Proses hukum para penyelundup lele,” ujarnya.

 
Editor :
Marcus Suprihadi

Meski Sudah Dilarang, Lele Malaysia Tetap Masuk Batam

Pemkot Batam melanggar larangan impor lele

Senin, 30 Januari 2012 16:57 WIB | 1276 Views

Ikan lele (google.co.id)

Jika impor dihentikan, maka dikhawatirkan harga lele akan sangat tinggi. Dari Rp15.000 bisa naik menjadi Rp40.000 per kilogram.

Batam (ANTARA News) – Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau, terus melakukukan impor lele untuk memenuhi kebutuhan setempat walaupun Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo memberlakukan larangan terhadap impor lele.

“Selama izin impor yang dikeluarkan Fadel Muhammad ketika jadi Menteri Kelautan dan Perikanan belum dicabut, maka impor lele untuk Batam akan tetap dilakukan,” kata Wali Kota Batam Ahmad Dahlan di Batam, Senin.

Ia mengatakan, saat Menteri Kelautan dan Perikanan dijabat Fadel Muhammad, Pemerintah Kota Batam meminta agar dibuka keran impor karena peternak lokal belum mampu mencukupi permintaan pasar.

“Karena Batam sejak awal tidak dirancang untuk pengembangan kawasan pertanian, saat itu Menteri memberikan izin, sambil menunggu Batam bisa melakukan swadaya. Hingga kini izin tersebut belum dicabut, jadi impor tetap dilakukan,” kata dia.

Walaupun tetap melakukan impor, kata dia, Pemerintah Kota Batam sedang mendorong dikembangkannya budidaya lele di beberapa lokasi untuk memenuhi kebutuhan lokal. Salah satunya di kawasan hutan lindung yang dibolehkan untuk pembuatan lahan peternakan lele.

“Ada kawasan hutan lindung yang diperbolehkan untuk budidaya, namun dengan catatan tidak menebang pohon-pohon kayu besar,” kata Dahlan.

Dahlan mengatakan, saat ini produksi lele Batam baru dua ton per hari. Sedangkan kebutuhan lokal Batam mencapai 8 ton per hari, jadi masih perlu dari impor 6 ton.

“Jika impor dihentikan, maka dikhawatirkan harga lele akan sangat tinggi. Dari Rp15.000 bisa naik menjadi Rp40.000 per kilogram,” kata dia.

Minggu (29/1), Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengatakan pemerintah melarang impor lele untuk melindungi petani lokal dan berjanji menindak tegas perusahaan yang masih berani melakukan impor.

“Hingga saat ini larangan impor lele masih diberlakukan. Kami akan menyetop dan menindak tegas perusahaan yang masih impor lele. Kalau ada perusahaan pengimpor lele di Batam laporkan, akan saya tindak,” kata dia di Batam, Minggu.

Sharif mengatakan, pemerintah telah mengentikan operasional empat perusahaan yang masih mengekspor lele di Medan Sumatra Utara terkait larangan tersebut.

“Larangan impor lele berlaku di seluruh Indonesia termasuk di Batam yang masih di banjiri lele impor asal Malaysia, jika ada perusahaan yang masih mengimpor lele, pihaknya akan memberi sanksi pencabutan izin impor,” kata Sharif.

Ia menilai, impor lele tidak dibutuhkan karena peternak lokal telah mampu memenuhi kebutuhan nasional.

Editor: Ella Syafputri

COPYRIGHT © 2012

Sumber ANTARA

Meski Sudah Dilarang, Lele Malaysia Tetap Masuk Batam

Senin, 30 Januari 2012 23:45 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM – Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau, terus mengimpor lele untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Padahal, Menteri Kelautan dan Perikanan telah memberlakukan larangan impor lele asal Malaysia tersebut.

“Selama izin impor yang dikeluarkan Fadel Muhammad ketika jadi Menteri Kelautan dan Perikanan belum dicabut, maka impor lele untuk Batam akan tetap dilakukan,” kata Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan, di Batam, Senin.

Saat Menteri Kelautan dan Perikanan dijabat Fadel Muhammad, Pemerintah Kota Batam meminta agar dibuka impor karena peternak lokal belum mampu mencukupi permintaan pasar. Karena, Batam sejak awal memang tidak dirancang untuk pengembangan kawasan pertanian. Fadel saat itu memberikan izin sambil menunggu Batam bisa melakukan swadaya lele.

”Hingga kini izin tersebut belum dicabut. Jadi, impor tetap dilakukan,” katanya.

Walaupun tetap melakukan impor, kata dia, Pemerintah Kota Batam sedang mendorong dikembangkannya budidaya lele di beberapa lokasi untuk memenuhi kebutuhan lokal. Salah satunya di kawasan hutan lindung yang dibolehkan untuk pembuatan lahan peternakan lele. Produksi lele Batam saat ini baru dua ton per hari, sementara kebutuhan lokal Batam mencapai delapan ton per hari.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, mengatakan pemerintah melarang impor lele untuk melindungi petani lokal. Dia berjanji akan menindak tegas perusahaan yang masih berani melakukan impor.

“Larangan impor lele berlaku di seluruh Indonesia termasuk di Batam yang masih dibanjiri lele impor asal Malaysia,” katanya. ”Jika ada perusahaan yang masih mengimpor lele, mereka akan diberi sanksi pencabutan izin impor.”

Redaktur: Didi Purwadi
Sumber: Antara